Minggu, 02 Januari 2011

Diperlukan Pendidik Yang Berkarakter dan Cerdas

Oleh: Rudy Kustijono
Pada abad XX1 telah terjadi pergeseran tujuan pendidikan yaitu dari industri (abad XIX dan XX)  menuju ke pengetahuan. Mencermati tren masa depan yang ditandai dengan: perlunya penguasaan bahasa internasional dalam komunikasi antar bangsa, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat,  layanan dan produk baru teknologi dikeluarkan dan ditawarkan dalam hitungan menit, perdagangan global  memunculkan ketatnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, perkembangan iptek yang pesat menuntut tersedianya tenaga yang berkompetensi, dll, menuntut format pendidikan haruslah fokus, memiliki arah, tujuan (purpose), target dan imajinasi kehidupan yang diidealkan di masa depan. Pendidikan harus sanggup menghasilkan produk anak terdidik yang cerdas, karena pendidikan mempunyai andil besar dalam mempertanggungjawabkan kondisi moralitas bangsa dan kualitas SDM.  
Disisi lain, krisis multidimensional telah melanda bangsa Indonesia yang kemudian “diobati” dengan reformasi, ternyata diikuti pula oleh beberapa anomali yang bersifat kontraproduktif, yakni krisis etika dan moralitas yang semakin akut. Dekadensi moral yang luar biasa merupakan penyebab utama keterpurukan bangsa yang dulu dikenal sebagai bangsa yang santun dan taat beragama. Aneh memang, bangsa dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan melandaskan falsafah negaranya pada Ketuhanan Yang Maha Esa, ternyata menjadi negara yang paling korup di Asia dan di dunia. Angka Human Development Index (HDI) kita juga tertinggal jauh dengan negara yang dulunya belajar dengan kita. Prestasi yang semakin menurun dan citra yang buruk merupakan ironi bagi kita. Para pakar berpendapat bahwa krisis moneter yang menggelinding menjadi krisis multidimensional salah satu penyebabnya adalah masih dimarginalkannya pendidikan sebagai faktor perubah nasib bangsa. Perubahan bangsa baik yang mengarah kepada kemajuan (progresif) maupun yang mengarah kepada kemunduran (regresif) merupakan masalah yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan penyelengaraan pendidikan, baik formal, maupun informal. Pendidikan sebagai human capital akan menjadi suatu aset dan berperan sebagai agen perubahan sosial yang akan mampu membawa dan mengarahkan seseorang (penduduk Indonesia) pada umumnya untuk meraih masa depan yang gemilang berkeadilan dan sejahtera. Kenyataan menunjukan bahwa perkembangan bangsa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mengarah kepada perubahan yang bersifat regresif (mundur), terutama dalam bidang etika dan moral (akhlak).
Pendidik (Guru) merupakan komponen vital dan fundamental dalam proses pendidikan, yang mengedepankan proses pematangan kejiwaan, pola pikir dan pembentukan serta pengembangan karakter (character building) bangsa untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Keberadaan dan peran pendidik dalam proses pembelajaran tidak dapat digantikan oleh siapapun dan apapun. Pendidik yang handal, profesional dan berdaya saing tinggi, serta memiliki karakter yang kuat dan cerdas merupakan modal dasar  dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas yang mampu mencetak sumberdaya manusia yang berkarakter, cerdas dan bermoral tinggi. Sumberdaya manusia yang demikianlah yang sebenarnya diperlukan oleh bangsa Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara–negara lain dan dapat berperan serta aktif dalam perkembangan dunia di era global dan bebas hampir tanpa batas ini.

3 komentar:

  1. Saya sangat menyetujui bahwa sangat dibutuhkan peran pendidik yang handal di dalam memajukan bangsa kita.Pendidik sangatlah berpengaruh dalam proses pembentukan karakter dari seseorang selain dari faktor lingkungan.Dalam hal ini pendidik tidak hanya berlaku pada lingkungan sekolah dalam artian seorang guru, Namun dalam peran kita sebagai orang tua juga sangat mempengaruhi pembentukan karakter dari seseorang itu.Karakter seseorang dapat terlihat dari akhlaknya.Seseorang itu akan dikatakan baik apabila memiliki akhlak baik perbuatan, ucapan dll.Dan begitu pula sebaliknya.Pembentukan akhlak yang baik tidak akan terlepas dari pengaruh agama.Serta didukung oleh lingkungan yang baik.

    BalasHapus
  2. Pada kenyataannya biasanya profesi guru bukan merupakan suatu cita-cita, yang saya tahu kebanyakan mereka yang menjadi guru bukan dari keinginan pribadi melainkan keinginan orang tua dan ada yang hanya terpaksa karena tidak adanya lapangan pekerjaan lain. Dan biasanya yang memang bercita-cita menjadi guru adalah murid dengan kemampuan dan nilai pas-pasan sementara murid dengan nilai terbaik biasanya cenderung memilih profesi lain. Pada akhirnya yang menjadi guru adalah orang yang terpaksa sehingga mengajar pun dengan terpaksa sehingga menghasilkan siswa tidak dengan kemampuan maksimal

    BalasHapus
  3. ada permainan seru yang menanti anda untuk memenangkan hadiah nya hingga jutaaan rupiah..
    ayo segera daftar kan diri anda di ionqq*co.m
    pin BB : 58ab14f5

    BalasHapus