Minggu, 05 Desember 2010

Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika

Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa khususnya pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era globalisasi ini, sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama agar suatu bangsa dapat berkompetisi. Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan formal merupakan salah satu wahana dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan IPA (fisika) sebagai bagian dari pendidikan formal seharusnya ikut memberi kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Fisika sebagai salah satu cabang IPA yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya (Wospakrik, 1994 : 1). Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan bahwa fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi yang ada di dalamnya. Ilmu fisika membantu kita untuk menguak dan memahami tabir misteri alam semesta ini (Surya, 1997: 1). Tujuan utama yang ingin dicapai dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran fisika : (1) menyukai fisika sebagai ilmu pengetahuan dasar yang bersifat kualitatif dan kuantitatif sederhana, (2) kemampuan menerapkan berbagai konsep dan prinsip fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam serta cara kerja produk teknologi dalam menyelesaikan permasalahan, (3) kemampuan melakukan kerja ilmiah dalam menguji kebenaran, (4) membentuk sikap ilmiah yaitu sikap terbuka dan kritis terhadap pendapat orang lain serta tidak mudah mempercayai pernyataan yang tidak didukung dengan hasil observasi empiris dan (5) menghargai sejarah sains dan penemuannya.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran tersebut maka pada setiap akhir program pengajaran dilakukan evaluasi. Indikator keberhasilan dari pencapaian tujuan pengajaran tersebut adalah kemampuan belajar siswa yang diwujudkan melalui nilai perolehan. Pada dasarnya hasil nilai perolehan nilai ujian siswa untuk mata pelajaran fisika sangatlah rendah. Penyebab universal atas masih rendahnya mutu pendidikan IPA yang secara umum diterima oleh para pendidik IPA adalah adanya miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa. Penyebabnya mungkin karena para guru fisika mengajar berdasarkan asumsi tersembunyi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi tersebut mereka memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepala para siswanya ( Sadia, 1997:1 ). Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematika dan pengetahuan sosial. Tidak semua pengetahuan dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Hal ini dapat diketahui dari contoh yang dikemukakan oleh Piaget yaitu pengetahuan sosial seperti nama hari, tanda atom dan lambang matematika dapat dipelajari secara langsung. Tetapi pengetahuan fisik dan logika matematika tidak dapat ditransfer secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa tetapi harus dibangun di dalam pikiran siswa sendiri sebagai usaha keras siswa untuk mengorganisasi pengalaman-pengalamannya dalam hubungannya dengan skema atau struktur mental yang telah ada sebelumnya (De Vries and Zan, 1994 : 193-195 ; Bodner, 1986 : 2 ; Dahar, 1988 : 192 ).
            Miskonsepsi pada siswa yang muncul secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Pembelajaran yang tidak memperhatikan miskonsepsi menyebabkan kesulitan belajar dan akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar mereka. Pandangan tradisional yang menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa perlu digeser menuju pandangan konstruktivisme yang berasumsi bahwa pengetahuan dibangun dalam diri
siswa ( Howe, 1996 : 45 ).
            Secara khusus diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pendidikan. Pada umumnya kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Pembelajaran diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan. Pola pikir pembelajaran pun perlu diubah dari sekedar memahami menuju pada penerapan konsep dan prinsip keilmuwan. Dalam pilar-pilar pembelajaran dari UNESCO, selain terjadi learning to know (pembelajaran untuk tahu), juga harus terjadi learning to do (kemampuan untuk berbuat). Pembelajaran terfokus pada siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator. Dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran, pada saat munculnya miskonsepsi, guru menyajikan konflik kognitif sehingga terjadi ketidakseimbangan (disekualibrasi) pada diri siswa. Konflik kognitif yang disajikan guru, diharapkan dapat menyadarkan siswa atas kekeliruan konsepsinya dan pada akhirnya mereka merekonstruksi konsepsinya menuju konsepsi ilmiah. Dengan demikian pembelajaran IPA akan menimbulkan suasana belajar yang bermakna (meaningful learning). Belajar bermakna terjadi bila informasi terkait dengan konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif (Dahar, 1988 : 112). Pengubahan konsepsi yang dilakukan dengan menyajikan proses pembelajaran dengan Model konstruktivis ini berpijak pada konstruktivisme Piagetian dan Vygotskian.
            Miskonsepsi yang dialami siswa secara umum bersifat resisten dalam pembelajaran, sedangkan di sisi lain anak-anak memiliki penalaran formal yang berbeda-beda. Dalam hal ini, siswa membutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dengan demikian dalam penulisan makalah ini dipilih judul model belajar konstruktivis dalam meminimalkan miskonsepsi siswa tentang pelajaran fisika.

7 komentar:

  1. sedikit menambahkan, Miskonsepsi didefinisikan sebagai konsepsi siswa yang tidak cocok dengan konsepsi para ilmuwan, hanya dapat diterima dalam kasus-kasus tertentu dan tidak berlaku untuk kasus-kasus lainnya serta tidak dapat digeneralisasi. Konsepsi tersebut pada umumnya dibangun berdasarkan akal sehat (common sense) atau dibangun secara intuitif dalam upaya memberi makna terhadap dunia pengalaman mereka sehari-hari dan hanya merupakan eksplanasi pragmatis terhadap dunia realita. Miskonsepsi siswa mungkin pula diperoleh melalui proses pembelajaran pada jenjang pendidikan sebelumnya (Sadia, 1996:13).

    Penyebab dari resistennya sebuah miskonsepsi karena setiap orang membangun pengetahuan persis dengan pengalamannya. Sekali kita telah membangun pengetahuan, maka tidak mudah untuk memberi tahu bahwa hal tersebut salah dengan jalan hanya memberi tahu untuk mengubah miskonsepsi itu.oleh karena itu salah satu solusi untuk untuk mengantisipasi adanya miskonsepsi yang terjadi pada siswa

    BalasHapus
  2. Akan lebih baik jika penyampaian materi fisika dilakukan dengan metode pembelajaran bermakna sehingga siswa dapat mengaplikasikannya ke kehidupan nyata.Selama ini banyak terjadi miskonsepsi siswa dalam pembelajaran fisika,hal ini dikarenakan fisika yang mereka tau hanya hafalan rumus - rumus panjang yang sulit dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari - hari mereka.Pembelajaran fisika lebih menekankan pada kemempuan siswa mengerjakan fisika secara kuantitatif,padahal tujuan utama pembelajaran fisika adalah membuat siswa menyukai pembelajaran fisika secara kualitatif dan kuantitatif.Dengan metode pengajaran yang tepat,fisika akan menjadi menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan nyata siswa sehingga tidak terjadi miskonsepsi pada siswa.

    BalasHapus
  3. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar fisika karena siswa sering mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi adalah konsepsi seseorang tentang konsep yang keliru. Miskonsepsi ini jika tidak ditanggulangi dengan benar, maka akan berdampak buruk pada hasil belajar. Menurut Paul Suparno (2005) untuk mengatasi miskonsepsi ada tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu:
    1. mencari atau menemukan bentuk-bentuk miskonsepsi
    2. mencari penyebab terjadinya miskonsepsi
    3. memilih metode yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi tersebut.
    Dalam mempelajari fisika, siswa sering mengalami miskonsepsi. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengatasi miskonsepsi ini. Berikut beberapa bentuk-bentuk miskonsepsi fisika:
    - Jika kecepatan nol maka percepatan juga akan nol
    - Percepatan sama dengan kecepatan
    - Benda yang berat akan lebih cepat jatuh dibandingkan dengan benda yang ringan
    - Massa mempengaruhi percepatan benda yang jatuh bebas
    - Arah gaya gesek sama dengan arah gerak benda
    - Benda yang diam tak memiliki energi
    - Momentum sama dengan gaya
    - Energi merupakan gaya
    - Rotasi sama dengan revolusi
    - Semua plenet mengorbit dengan kecepatan yang sama
    - Kalor dan suhu merupakan besaran yang sama
    - Kulit bisa digunakan untuk mengukur suhu
    - Pada ayunan sederhana massa mempengaruhi frekuensi ayunan
    - Pada pegas, amplitudo mempengaruhi frekuensi pegas
    - Bayangan ikan yang dilihat dari atas lebih jauh dari jarak sesungguhnya
    - Lensa cekung bisa mengumpulkan sinar
    - Lensa cembung bisa menyebarkan sinar
    - Gelombang memindahkan materi
    - Gelombang tidak memiliki energi
    - Kecepatan cahaya tidak bisa berubah
    - Saat peristwa pemantulan cahaya frekuensi (warna) cahaya berubah
    - Gaya listrik sama dengan gaya gravitasi
    - Tegangan listrik merupakan energi
    - Arus listrik sama dengan tegangan listrik
    - Elektron bergerak cepat (mendekati kecepatan cahaya) di dalam rangkaian tertutup
    - Konduktor tidak memiliki hambatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. jawaban untuk kesalahan dri konsep diatas apa

      Hapus
  4. miskonsepsi memang sering terjadi tidak hanya dalam dunia pendidikan saja, namun dalam berbagai bidang seringkali terjadi miskonsepsi. miskonsepsi dalam fisika sendiri adalah ketidakcocokkan mendeskripsikan suatu konsep yang sudah ada. artinya terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan suatu konsep. Hal ini bisa terjadi karena kurang efektifnya penggunaaan kalimat yang digunakan. Oleh karena itu, guru juga harus cerdas dalam berkomunikasi, agar siswa paham akan maksud yang dijelaskan oleh guru/pendidik serta meminimalisasi miskonsepsi dalam pembelajaran fisika.

    BalasHapus
  5. MISKONSEPSI LISTRIK
    Banyak siswa yang menjawab salah dengan konsep arus listrik. Dimana siswa mengalami miskonsepsi tentang arus yang mengalir pada sebuah lampu yang dipasang paralel. Siswa beranggapan bahwa arus yang mengalir pada suatu rangkaian lampu yang di pasang paralel, cahaya lampu akan terlihat lebih terang apabila arus tidak terbagi lagi pada dua lampu, tetapi hanya pada satu lampu. Siswa tidak memahami bahwa dua lampu yang dihubung paralel dengan suatu sumber tegangan akan memilki beda potensial yang sama pada kedua ujung-ujungnya yaitu sama dengan beda potensial V. Sehingga apabila salah satu lampu dilepas, maka beda potensial pada lampu lainnya tidak akan terpengaruh dan nyala lampunya akan sama terang dengan nyala lampu yang dipasang paralel.
    Berdasarkan perumusan pada rangkaian listrik untuk paralel yaitu:
    Vtotal = V1=V2=V3......

    BalasHapus
  6. DAFTAR GRATIS di IonQQ |dot| COM
    Tunjukkan kemahiran anda bersama jutaan member lainnya di IONQQ 1ID bisa main Pok3r*D0min099*BandarQ*BandarP0ker,,,
    Hanya Bermodal Deposit minimal Rp 20.000,- saja sudah bisa bermain 4 permainan di IONQQ ,,,

    BalasHapus