Minggu, 25 September 2011

Pengembangan Karakter Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai, membangun kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter.  Berikut akan disajikan contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan karakter dalam pembelajaran tersebut. 

Jumat, 08 Juli 2011

Idealisasi Penilaian Proses Pembelajaran

I.    Pendahuluan
Berdasarkan pemantauan penulis terhadap lembar evaluasi siswa (LES) yang dibuat guru peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) selama lima tahun terakhir,  sebagian besar guru peserta melalaikan prinsip-prinsip yang seharusnya diikuti ketika mengevaluasi proses pembelajaran. Kalau dicermati secara teliti, butir-butir soal yang dibuat sebagian besar tidak sambung dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Jika dicermati lebih rinci lagi tujuan pembelajaran yang dirumuskan juga tidak sambung dengan indikator. Perumusan indikataor juga banyak yang tidak sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Bagaimana merumuskan indikator, membuat tujuan pembelajaran yang benar dan mengapa guru harus menuliskannya di rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pengunjung dipersilahkan mengakses artikel: “Menulis Tujuan pembelajaran”  dan “Kata Kerja Operasional”  dalam blog ini.

Kamis, 07 Juli 2011

Idealisasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran

I. Pendahuluan
Telah disampaikan dalam artikel  pada posting yang lalu bahwa sebagian besar guru peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) melalaikan prinsip-prinsip yang seharusnya diikuti ketika merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran. Juga telah diuraikan pula bagaimana seharusnya perencanaan proses pembelajaran yang ideal mengacu pada Peraturan Pemerintah  Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Masih dengan acuan yang sama (PP No.19 Tahun 2005 dan Permendiknas No.41 Tahun 2007), berikut akan diuraikan tentang idealisasi pelaksanaan proses pembelajaran.

Selasa, 28 Juni 2011

Idealisasi Perencanaan Proses Pembelajaran

I.    Pendahuluan
Berdasarkan pengalaman penulis selama lima tahun  menjadi instruktur Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG),  sebagian besar guru peserta PLPG melalaikan prinsip-prinsip yang seharusnya diikuti ketika merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran. Jika para guru tersebut ditanya “apa yang dijadikan dasar untuk merencanakan, melaksanakan , dan mengevaluasi suatu proses pembelajaran”, sebagian besar guru tidak mengetahuinya.

Minggu, 12 Juni 2011

Nyontek Massal, Potret Buram Pendidikan Karakter

Berkowitz (2002) mengatakan bahwa karakter adalah karakteristik pribadi yang membimbing seseorang untuk melakukan hal yang benar dalam suatu situasi yang memberikan kesempatan untuk tidak melakukan hal yang benar. Ryan dan Bohlin (1999) medefinisikan karakter yang baik seperti mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan. Wiley (1998) berpendapat bahwa karakter adalah suatu dorongan dari dalam yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan moral yang baik, mempunyai kualitas seperti kejujuran dan integritas.

Rabu, 01 Juni 2011

Guru Model Karakter dalam Pembelajaran

Banyak ungkapan menggambarkan pentingnya peran guru dalam pembentukan karakter dari anak didiknya. Satu ungkapan dari Tokoh Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara yang sudah sangat kita kenal yaitu:”Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”, yang berarti” Di depan sebagai teladan, di tengah sebagai pemrakarsa, di belakang sebagai pendorong” dapat dipakai sebagai acuan bagaimana seharusnya seorang guru berperan di depan anak didiknya. Dalam filosofi Jawa, istilah “Guru” diterjemahkan sebagai”Digugu lan ditiru” yang berarti”Dipatuhi dan dicontoh”. Dalam bahasa Indonesia, ada pepatah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, yang menggambarkan bagaimana perbutan buruk guru akan berdampak lebih buruk pada murid-muridnya.

Sabtu, 19 Maret 2011

Pendidikan Karakter Bangsa

Tingkat peradaban suatu bangsa ditentukan oleh keluhuran budaya yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Perbedaan mendasar antara bangsa beradab dan bangsa terbelakang (primitif) adalah terletak pada budaya bangsa tersebut. Budaya luhur bangsa berpengaruh dominan terhadap pembentukan karakter bangsa sehingga perilaku masyarakat akan diwarnai oleh budaya luhur yang dimiliki oleh bangsa tersebut, karena karakter (watak/akhlak/moral) akan tercermin dalam perilaku sehari-hari.
Keterkaitan antara budaya luhur dengan karakter bangsa

Sabtu, 19 Februari 2011

Kecerdasan Individu

Oleh: Rudy Kustijono
Perkembangan ilmu psikologi saat ini meyakini bahwa kecerdasan yang dimiliki individu tidak tunggal. Saat ini berkembang konsep kecerdasan majemuk atau lebih dikenal dengan multiple inteligence. Konsep ini menjelaskan bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh manusia pada dasarnya terdiri atas sejumlah ranah, dan tidak hanya kecerdasan intelektual (IQ). 
Menurut pandangan multiple intelligence, Intelligene Quotien (IQ) bukan satu-satunya hal yang menentukan (penentu) keberhasilan seseorang. Howard Gamer seperti dikutip oleh Zainuddin dkk (2009) memisahkan kecerdasan ke dalam tujuh ranah, yaitu:
 

Selasa, 08 Februari 2011

Hard Skills dan Soft Skills

Oleh: Rudy Kustijono
Abad XXI dikenal dengan abad pengetahuan. Para peramal masa depan (futurist) mengatakan sebagai abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan (Trilling dan Hood, 1999). Ia mengemukakan bahwa perhatian utama pendidikan di abad XXI adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa, kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas Komprehensif dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna). 

Rabu, 26 Januari 2011

Menghadapi Remaja

Banyak orang tua/guru yang mengeluh karena kesulitan dalam menghadapi para remaja. Hal tersebut terjadi karena orang tua/guru kurang memahami karakteristik remaja (dibahasa pada edisi lalu) secara mendalam sehingga menghadapi kendala ketika berinteraksi dengan mereka. Bagaimanapun renaja mempunyai karakteristik yang unik, sehingga ketika berinteraksi dengan mereka perlu menyesuaikannya dengan keunikan yang dimiliki tersebut. Modal awal yang harus dimiliki oleh orang tua/guru dalam menghadapi remaja adalah:

Sabtu, 22 Januari 2011

Karakteristik Remaja

Seringkali orang tua mengeluhkan perubahan sikap anak-anaknya ketika menginjak remaja. Mengapa anak saya ketika berusia 12th yang dulunya percaya diri, banyak bertanya dan suka curhat tentang apa saja yang dialaminya, tiba-tiba tidak banyak bicara, suka bohong, kucing-kucingan, ada apa dengan mereka? Kalau dicermati remaja mulai bermasalah ketika:

Senin, 17 Januari 2011

Tokoh-tokoh Psikologi Perkembangan

Wilhelm Wundt (1832 – 1920)
Wilhelm Wundt dilahirkan di Neckarau pada tanggal 18 Agustus 1832 dan wafat di Leipzig pada tanggal 31 Agustus 1920. Wilhelm Wundt seringkali dianggap sebagai bapak psikologi modern berkat jasanya mendirikan laboratorium psikologi pertama kali di Leipzig. Ia mula-mula dikenal sebagai seorang sosiolog, dokter, filsuf dan ahli hukum. Gelar kesarjanaan yang dimilikinya adalah dari bidang hukum dan kedokteran.  Ia dikenal sebagai seorang ilmuwan yang banyak melakukan penelitian, termasuk penelitian tentang proses sensory  (suatu proses yang dikelola oleh panca indera).

Sabtu, 15 Januari 2011

Karakter dan Kejahatan

Sangat banyak teori yang telah dikemukakan oleh para ahli yang berhubungan dengan karakter. Beberapa teori diantaranya:

Teori Psikoanalisis (Frued):
     Teori ini menyatakan tabiat manusia pada asalnya jahat karena dipengaruhi oleh unsur-unsur rangsangan seksual, keagresifan dan ketidak rasionalan yang terwujud dalam diri manusia untuk tujuan menjaga survival perkembangan hidupnya. 
Unsur-unsur itu bertindak di dalam diri manusia secara membabi buta (tidak sadar). Kombinasi unsur-unsur itu dan konflik hidup semasa kecil yang tidak dapat diselesaikan pada masa itu akan menjadi puncak dan penentu tabiat anak pada masa depan.

Senin, 10 Januari 2011

Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah

Banyak pakar mengatakan pendidikan karakter di Indonesia belum berhasil. Indikatornya bisa dilihat dari beberapa fenomena yang muncul di masyarakat kita seperti banyaknya perkelaian (antar siswa, antar kampung,  antar suku, bahkan antar wakil rakyat), masyarakat yang tidak peduli pada lingkungan sehingga membuang sampah sembarangan dan menyebabkan banjir, sikap egois dan individualis sehingga tidak mau antri atau merokok ditempat umum, banyaknya korupsi dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan belum maksimalnya pendidikan karakter yang dilaksanakan selama ini karena menggunakan cara berikut : 

Jumat, 07 Januari 2011

Membentuk Karakter

Setiap orang memiliki nilai dasariah, yakni nilai kehidupan (living values). Nilai kehidupan itulah yang membuat setiap orang (individu) mampu bertahan hidup dan bertumbuh menjadi dewasa. Bahkan dalam diri hewan sekalipun, nilai kehidupan itu telah ditanam oleh Sang Pencipta berupa naluri kehidupan. Kita dapat menyaksikan bagaimana setiap anak burung, didorong oleh naluri kehidupan yang ada di dalam dirinya, saling berbagi satu dengan yang lain. Demikian mereka bisa bertumbuh, kuat dan menjadi dewasa…

Selasa, 04 Januari 2011

Harapan dan Kenyataan Karakter Guru dan Siswa

Oleh: Rudy Kustijono
Visi Pendidikan Nasional Indonesia adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat pada tahun 2025 menghasilkan: Insan Indonesia Cerdas Komprehensip dan Kompetitif (Renstra Depdiknas). Cerdas komprehensip yang dimaksud adalah cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.

Minggu, 02 Januari 2011

Diperlukan Pendidik Yang Berkarakter dan Cerdas

Oleh: Rudy Kustijono
Pada abad XX1 telah terjadi pergeseran tujuan pendidikan yaitu dari industri (abad XIX dan XX)  menuju ke pengetahuan. Mencermati tren masa depan yang ditandai dengan: perlunya penguasaan bahasa internasional dalam komunikasi antar bangsa, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat,  layanan dan produk baru teknologi dikeluarkan dan ditawarkan dalam hitungan menit, perdagangan global  memunculkan ketatnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, perkembangan iptek yang pesat menuntut tersedianya tenaga yang berkompetensi, dll, menuntut format pendidikan haruslah fokus, memiliki arah, tujuan (purpose), target dan imajinasi kehidupan yang diidealkan di masa depan. Pendidikan harus sanggup menghasilkan produk anak terdidik yang cerdas, karena pendidikan mempunyai andil besar dalam mempertanggungjawabkan kondisi moralitas bangsa dan kualitas SDM.