Minggu, 05 Desember 2010

Hakekat Pembelajaran Kontekstual



      A. Latar Belakang
Penerapan pembelajaran kontekstual di Amerika Serikat bermula dari pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progresivisme John Dewey.
Intinya siswa akan belajar dengan baik apabila apa yangmereka pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah.
Selain teori progresivisme John Dewey, teori kognitif melatar belakangi pula filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan  sendiri.
Melalui landasan konstruktivisme “CTL”dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi “CTL” siswa diharapkan belajar melalui mengalami, dengan menghafal. Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan berdifat non-obyektif, temporer dan selalu berubah. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar.
Hakikat teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu menjadi miliknya sendiri. Teori ini memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informas baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama danmemperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi –teori konstruktivis menuntut siswa berperan aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Karena itulah strategi ini disebut pengajaran yang terpusat pada siswa (student-centered intruction).
Dalam pandangan konstruktivistik, kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa itu sendiri. Tujuan pembelajaran ini menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktifitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata. Dengan demikian, paham ini menolak pandangan behavioristik.

B.  Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Dewasa ini pembelajaran kontekstual telah berkembang dinegara-negara maju dengan berbagai nama. Di Negeri belanda berkembang apa yang disebut dengan Realistic Matematics Education  (RME), yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Di Amerika berkembang apa yang disebut Contekstual Teaching an Learning (CTL) yang intinya membantu guru ubtuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Sementara itu di Michigan juga berkembang Bonnected Matematics Project (MP) yang bertujuan mengintregasikan ide matematika kedalam konteks kehidupan nyata denga harapan siswa dapat memahami apa yang dupelajarinya dengan baik dan mudah.
Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memcahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

C.   Kunci dasar pembelajaran kontekstual
The Northwest Regional Educarion Laboratory USA mengidentifikasikan adanya enam kunci dasar dari pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:
  1. Pembelajaran berma’na; pemahaman, dan penalaran pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran.
  2. Penerapan pengetahuan; adalah kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tataran kehidupan da fungsi dimasa sekarang atau dimasa yang akan dating.
  3. Berfikir tingkat tinggi; siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berfikir kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.
  4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standart; isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar local, provinsi, nasional, perkembangan Iptek serta dunia kerja.
  5. Responsif terhadap budaya; guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, ddan kebiasaan siswa, teman, pendidik dan masyarakat tempat ia mendidik
  6. Penilaian autentik; penggunaan berbagai strategi penalarannya yang akan merefleksikan hasilbelajar sesungguhnya.

5 komentar:

  1. pembelajaran kontekstual sangatlah berguna untuk pembelajaran pelajaran yang dianggap sulit oleh setiap siswa, misalnya matematika, fiska dan lainya yang dianggap sulit. karena metode pembelajaran ini sangat membantu untuk mengerti karena proses pembelajarannya dilakukan sesuai dengan kesukaan dari siswa tersebut sehingga siswa akan sangat merasakan senang dan tanpa beban dalam mempelajari pelajaran yng sulit.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Pembelajaran Kontekstual atau dikenal dengan CTL (Contextual Teaching and Learning) jika ditelaah maka sangat cocok diterapkan pada proses pembelajran di Indonesia. Konsep CTL ini sepertinya hampir mirip dengan konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) bahwa siswa dituntut peranannya dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.

    Perbedaannya bahwa dalam CTL atau pembelajaran Kontekstual ini lebih kompleks, baik guru maupun siswa harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga mampu menghasilkan output yang berkualitas. Dalam Pembelajaran kontekstual terdapat adanya keterkaitan materi dengan dunia luar atau keadaan yang sebenarnya dan terkini sehingga diharapkan adanya pengalaman visual terlebih dahulu yang dapat dibangun oleh siswa. Selain itu, Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya antara lain : mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
    Peran guru pada CTL, antara laian : sebagai model, menciptakan kondisi yang kondusif untuk belajar(PAKEM, melakukan scaffolding, memberikan balikan, memotivasi, dan menerapkan asesmen autentik.

    BalasHapus
  4. Contextual Teaching and Learning yang umumnya disebut dengan pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (Meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.

    BalasHapus
  5. ionQQ,net|kes3mpat4n men4ng bes4r|bany4k bonu5 men4nti anda |player bisa jadi bandar|pin bb : 58ab14f5

    BalasHapus