Minggu, 05 Desember 2010

Metode Discovery dalam Pembelajaran Fisika

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Proses ini antara lain meliputi penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Selain itu mata pelajaran IPA adalah program
untuk menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa, serta mencintai dan menghargai kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Mata pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai bagian dari mata pelajaran IPA di SMA merupakan kelanjutan pelajaran Fisika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mempelajari sifat materi, gerak, dan fenomena lain yang ada hubungannya dengan energi. Selain itu, juga mempelajari keterkaitan konsep-konsep Fisika dengan kehidupan nyata dan pengembangan sikap dan kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi beserta dampaknya. Mata pelajaran Fisika di SMA berfungsi sebagai :
  1. memberikan bekal pengetahuan dasar untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
  2. mengembangkan dan menggunakan ketrampilan proses untuk memperoleh, menghayati, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep dan hukum-hukum serta asas-asas Fisika,
  3. melatih siswa menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,
  4. meningkatkan kesadaran siswa tentang keteraturan alam dan keindahannya sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan Tuhan Yang Maha Esa,
  5. memupuk daya kreasi dan kemampuan bernalar,
  6. menunjang pelajaran IPA lain (Biologi dan Kimia) dan mata pelajaran lainnya serta membantu siswa memahami gagasan atau informasi dalam teknologi.
Bahan kajian mata pelajaran Fisika di SMA dikembangkan dari bahan kajian Fisika di SMP yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang mengandung konsep-konsep yang abstrak dan dibahas secara kuantitatif analitis. Konsep dan subkonsep Fisika tersebut diperoleh dari berbagai kegiatan yang menggunakan keterampilan proses. Mata pelajaran Fisika di SMA bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep Fisika dan saling berkaitan serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Hasil pengamatan di lapangan dalam proses pembelajaran fisika menunjukkan beberapa kendala, antara lain kurangnya partispasi guru dalam merancang dan menerapkan berbagai metode yang relevan dengan situasi kelas, sistem evaluasi yang tidak berdimensi diagnostik untuk mencari penyebab sulitnya siswa memahami mata pelajaran fisika, adanya motivasi yang rendah dalam diri siswa karena metode pembelajaran yang selama ini dikembangkan tidak membuat siswa itu sendiri tertarik dan merasa takjub bahwa fenomena fisika di sekitarnya begitu mempesona untuk dipelajari, dan masih banyaknya siswa yang terpaksa menghafal pelajaran karena penjelasan guru tidak membantu siswa untuk mendeskripsikan fisika secara benar.
Tidak sedikit siswa yang merasa kesulitan ketika akan mengikuti pelajaran fisika. Hasil-hasil evaluasi belajar pun menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas di raport untuk pelajaran fisika seringkali merupakan nilai yang terendah dibandingkan dengan pelajaran pelajaran lain. Tanpa disadari, para pendidik atau guru turut memberikan kontribusi terhadap faktor yang menyebabkan kesan negatif siswa tersebut di atas. Kesalahan-kesalahan yang cenderung dilakukan para guru, khususnya guru fisika adalah sebagai berikut :
  1. Seringkali, fisika disajikan hanya sebagai kumpulan rumus belaka yang harus dihafal mati oleh siswa, hingga akhirnya ketika evaluasi belajar, kumpulan tersebut campur aduk dan menjadi kusut di benak siswa.
  2. Dalam menyampaikan materi kurang memperhatikan proporsi materi dan sistematika penyampaian, serta kurang menekankan pada konsep dasar, sehingga terasa sulit untuk siswa.
  3. Kurangnya variasi dalam pengajaian serta jarangnya digunakan alat Bantu yang dapat memperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari.
  4. Kecenderungan untuk mempersulit, bukannya mempermudah. Ini sering dilakukan agar siswa tidak memandang remeh pelajaran fisika serta pengajar atau guru fisika.
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan metode-metode pembelajaran yang mampu menolong dan relevan dengan kondisi siswa. Metode pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan siswa yang memiliki motivasi tinggi, dan sesuai juga dengan siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah. Metode yang bukan saja memberikan kemudahan bagi siswa namun juga memudahkan kerja guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Metode dapat berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat dan rangsangan yang khusus mengenai isi materi dari mata pelajaran yang telah dipelajari dan contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep, prosedur atau prinsip yang diajarkan.
 Melihat pentingnya penggunaan metode pada setiap proses pembelajaran seperti yang dikemukakan di atas, maka penulis mencoba menguraikan kefektifan metode pembelajaran dalam membelajarkan fisika pada siswa. Selain itu, faktor, yang sangat menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya tidak/kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi tinggi dalam dirinya.
Kegiatan belajar sangat tergantung kepada motivasi dan karakteristik individu. Pembelajaran dengan metode discovery memberikan peluang yang lebih besar terhadap siswa yang mempunyai motivasi tinggi untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam proses belajar, sebab metode ini menuntut siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi secara aktif. Sementara itu pada pembelajaran diskusi kelompok siswa betul-betul dituntut perhatiannya kepada pelajaran, karena mereka harus mengkait­kaitkan materi pelajaran dan berusaha membeberkan atau mencetuskan pendapatnya sendiri.

2 komentar:

  1. Sekedar menambahi artikel di atas.....
    Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
    1. Identifikasi kebutuhan siswa;
    2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
    3. Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
    4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;
    5. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
    6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
    7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
    8. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
    9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
    10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
    11. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

    Beberapa keunggulan metode discovery yang diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:
    1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
    2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;
    3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;
    4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;
    5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

    Kelemahan metode discovery adalah sebagai berikut.
    1. Menyita waktu banyak.
    2. Menyita pekerjaan guru
    3. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan
    4. Tidak berlaku untuk semua topik
    5. Untuk kelas yang besar sangat merepotkan guru

    BalasHapus
  2. ada tidak contohnya dalam kegiatan pembelajaran??

    BalasHapus