Selasa, 10 Januari 2012

Pembelajaran Berbasis Inquiri

Inquiri adalah proses dinamis yang menciptakan pengalaman belajar, membangkitkan keingintahuan, dan kegembiraan pada siswa melalui projek penyelidikan.“Inquiry is the dynamic process of being open to wonder and puzzlements and coming to know and understand the world” (Galileo Educational Network, 2004). Pembe-lajaran berbasis inquiri adalah proses dimana siswa terlibat dalam pembelajaran mereka, merumuskan pertanyaan, menyelidiki secara luas dan kemudian membangun pemahaman, makna, dan pengetahuan baru. Pengetahuan baru tersebut bagi para siswa dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan, mengembangkan penyelesaian atau mendukung kinerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis inquiri dapat membantu siswa menjadi lebih kreatif, lebih positif, dan lebih mandiri. Penelitian lain menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis inquiri dapat meningkatkan prestasi siswa (Alberta Learning, 2004). Brickman dkk (2009) menemukan bahwa siswa-siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis inquiri memperoleh kepercayaan diri ketika mengembangkan kemampuan ilmiah.
Selain meningkatkan motivasi siswa, salah satu alasan utama untuk menggunakan pembelajaran berbasis inquiri adalah karena dapat menyediakan sarana agar siswa  terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Tren pembelajaran saat ini adalah menjauhi pengajaran yang berpusat pada guru ke pendekatan yang lebih berpusat pada siswa, Pembelajaran berbasis inquiri memberi kesempatan pada kita untuk membantu siswa mempelajari konsep dengan memberi kesempatan mereka mengeksplorasi pertanyaan, mengembangkan dan menguji hipotesis. Dengan demikian dapat memberikan siswa lebih banyak kesempatan untuk merefleksikan pembelajaran mereka sendiri, mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep-konsep dengan cara yang terintegrasi, dan menjadi pemikir kritis yang lebih baik.Satu model pengajaran yang dapat digunakan untuk mendukung kerja guru dan siswa adalah model inquiri seperti gambar 1 berikut (Donham, 2001):
Gambar 1. Model Inquiri
Model inquiri sebagai scaffolding pengajaran yaitu menyediakan konten dan struktur untuk pengajaran yang menguraikan keterampilan dan strategi yang perlu diajarkan secara eksplisit dalam setiap tahapan proses. Di garis depan, perencanaan pembelajaran berbasis inquiri menyiapkan masalah dan menciptakan bahan pembelajaran.
Model inquiri sebagai ukuran perasaan yaitu pengalaman belajar yang menuntut dan membawa berbagai perasaan seperti antusiasme, frustrasi, ketakutan, dan kegembiraan. Perasaan ini dialami dengan pola tertentu dalam berbagai tahapan dari proses inquiri. Mengacu pada kegiatan pembelajaran berbasis inquiri tersebut, guru dapat mengantisipasi dan mengenali siswa ketika mengalami perasaan yang kuat dan mampu untuk merancang sistem dukungan dan kegiatan reflektif yang membantu siswa bergerak melalui proses.
Model inquiri sebagai bahasa bersama guru dan siswa yaitu bahasa yang membantu siswa untuk menginternalisasi model dan pembicaraan tentang proses keterlibatan dalam pembelajaran. Hal ini meningkatkan komunikasi yang efektif antara semua yang terlibat dalam inquiri di sekolah karena guru dan siswa menyampaikan kata-kata untuk membicarakan bagian-bagian dari proses. Implementasi model di kelas dan di perpustakaan mendorong siswa mengenali setiap tahap sebagai bagian dari keseluruhan proses.
Model inquiri sebagai panduan bagi siswa yaitu panduan dalam menggunakan pendekatan analitis yang mencakup semua tahapan dalam proses penyelidikan. Tanpa belajar proses inquiri, siswa sering mengembangkan pandangan yang sangat terbatas dan sempit tentang penyelidikan. Mereka mungkin berpikir bahwa inquiri adalah menemukan jawaban pertanyaan orang lain yaitu kepuasan gurunya, bukan memahami inquiri sebagai proses mempertanyakan tentang sesuatu, menghasilkan pertanyaan-pertanyaan mereka dan menggunakan informasi untuk memenuhi kepentingan mereka serta untuk mengembangkan pengetahuan mereka sendiri.
Model inquiri sebagai panduan untuk memantau yaitu guru menggunakannya untuk menilai seberapa efektif siswa terlibat dalam proses penyelidikan, seberapa dalam mereka memahami hal itu, dan seberapa efektif proses telah diurutkan di kelas. Siswa dapat memperoleh pengalaman dan praktek yang mereka butuhkan dalam pembelajaran berbasis inquiri  tanpa guru berlebih beban.
Refleksi proses merupakan bagian integral dari semua tahapan dalam model inquiri yang meliputi : planning (perencanaan), retrieving (pengambilan), processing (pengolahan), creating (penciptaan), sharing (berbagi), dan evaluating (penilaian) yang mencakup ranah afektif dan kognitif yang terkait dengan metakognisi. Refleksi proses dalam model inquiri adalah seperti gambar 2 berikut (Alberta Learning, 2004):
 Gambar 2. Refleksi proses dalam model inquiri
Penjelasan masing-masing tahapan dalam model inquiri tersebut adalah sebagai berikut:
1.Tahap Perencanaan
Siswa harus memahami bahwa tujuan yang mendasari pembelajaran berbasis projek inquiri adalah untuk mengembangkan keterampilan "belajar untuk belajar" mereka. Pembelajaran berbasis inquiri dimulai dengan kepentingan siswa tentang rasa ingin tahu suatu topik yaitu teka-teki yang harus dipecahkan. Tahap ini adalah tahapan proses inquiri yang paling penting dari keseluruhan proses karena untuk memberikan rasa optimisme siswa tentang tugas-tugas ke depan
2.Tahap pengambilan
Para siswa berikutnya berpikir tentang informasi yang mereka miliki dan informasi yang mereka inginkan. Siswa mungkin perlu meluangkan banyak waktu mengeksplorasi dan berpikir tentang informasi yang telah ditemukan sebelum memfokus pada penyelidikan. Tahapan pertama harus menyenangkan bagi siswa, karena mereka secara aktif mencari informasi yang terkait dengan topik. Mereka mungkin dapat meningkatkan jumlah sumber yang ditemukan, tetapi kadang-kadang siswa berhenti mencari, karena mereka mungkin tidak tahu bagaimana menangani data yang tidak relevan atau tidak dapat menemukan data khusus yang diperlukan. Karena banyak yang mereka ingin ketahui, mereka sering menjadi frustasi pada saat proses ini. Guru perlu membantu siswa melewati perasaan frustrasi dengan mengajarkan bahwa perasaan ini adalah dialami oleh semua orang yang melakukan penyelidikan, juga mengajarkan keterampilan dan strategi memilih informasi yang relevan, serta menyesuaikan dan memodifikasi penyelidikan.
3.Tahap pengolahan
Tahap ini dimulai ketika siswa telah menemukan fokus penyelidikan. Menuju ke fokus bisa sangat sulit bagi siswa, karena melibatkan lebih dari sekedar penyempitan topik. Hal ini melibatkan pertanyaan otentik, perspektif pribadi dan/atau pernyataan yang menarik.
Siswa biasanya mengalami rasa lega dan kegembiraan ketika mereka telah membentuk fokus penyelidikan. Meskipun demikian, memilih informasi terkait dari sumber-sumber adalah tugas yang sulit, mungkin ada informasi yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, atau informasi yang mungkin terlalu dangkal atau terlalu mendalam bagi siswa. Seringkali informasi yang ditemukan membingungkan dan bertentangan, sehingga siswa dapat merasa kewalahan.
4.Tahap penciptaan
Tugas berikutnya dalam proses adalah mengorganisir informasi, menempatkan informasi ke dalam kata-kata sendiri dan menciptakan format presentasi. Siswa akan merasa lebih percaya diri pada tahap ini dan ingin mencakup semua pelajaran baru dan produk mereka, sehingga banyak sekali informasi.
5.Tahap berbagi
Jika siswa telah diberikan kesempatan cukup dalam mendukung seluruh proses penyelidikan, mereka akan bangga dengan produk mereka dan ingin berbagi, terlepas sebagai penyaji atau pendengar. Mereka mungkin merasa sedikit gugup menyajikan sesuatu yang mereka miliki tersebut, dan mereka mungkin merasa cemas bahwa orang lain mungkin tidak
mengerti atau menghargai usaha mereka. Meskipun demikian, mereka merasa telah melakukan
tugas ini dengan baik.
6.Tahap penilaian.
Akhirnya, ketika sebuah proyek penelitian selesai, siswa merasa lega dan bahagia. Mereka sangat antusias tentang pemahaman dan keterampilan baru mereka, dan mereka ingin merefleksikan penilaian proses dan produk penyelidikan mereka. Dalam rangka memahami proses penyelidikan, mereka perlu bertanya dan memahami kriteria penilaian, untuk mengidentifikasi langkah-langkah dalam proses penyelidikan mereka, dan untuk berbagi perasaan. Siswa harus mampu mengartikulasikan pentingnya bekerja semacam ini untuk mengembangkan keterampilan "belajar untuk belajar", dan mereka harus dapat melihat hubungan antara kerja penyelidikan yang dilakukan di sekolah dan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan di luar sekolah. Mereka juga harus dapat merefleksikan bagaimana pengalaman mereka dalam model inquiri dan apa yang telah mereka pelajari telah mempengaruhi pribadi mereka.
Ketika kita merancang program untuk pembelajaran berbasis inquiri, kita perlu melihat siswa dengan dua dimensi yang berbeda. Pertama, kita perlu mempertimbangkan tingkat akademis siswa. Artinya, apa yang sudah mereka ketahui tentang konsep dan prosedur dalam pembelajara, misalnya mereka telah mengambil pelajaran prasyarat, mereka memiliki pengalaman dunia nyata yang akan membantu mereka memahami isi pembelajaran,  dan pengetahuan lain yang mungkin mereka miliki. Kedua, kita perlu mempertimbangkan jumlah pengalaman mereka dalam melakukan penyelidikan atau melakukan proses penelitian. Hal ini penting dianalisis sehingga kita tidak melebih-lebihkan pengalaman mereka. Ketika kita mulai merencanakan pembelajaran, tingkat pengalaman mereka akan menentukan jumlah struktur dan pemodelan yang perlu dikembangkan (Lane, 2007).

8 komentar:

  1. Sekedar menambahi bahwa ada beberapa kelebihan dalam proses pembelajaran berbasis inkuiri adalah :
    a.Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik
    b.Membantu dalam menggunakan ingatan dan dalam transfer kepada situasi-situasi proses belajar yang baru
    c.Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri
    d.Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri
    e.Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik
    f.Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

    BalasHapus
  2. Disamping kelebihan juga ada kekurangannya antara lain :
    1. Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan berbagai sumber belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu mudah disediakan.
    2. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik seperti pada waktu siswa melakukan penyelidikan dan sebagainya. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.
    3. Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat mekanistis, formalitas, dan membosankan. Apabila hal ini terjadi tidak menjamin penemuan yang penuh arti.

    BalasHapus
  3. Ada beberapa jenis tipe dalam pembelajaran berbasis inkuiri yakni :
    1.Guided Inquiry (inkuiri terbimbing)
    Pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru.
    2.Modified inquiry
    Dalam metode ini guru hanya memberikan problema saja.
    3.Invitation into inquiry
    Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti oleh ilmuwan.
    4.Pictorial riddle
    Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam situasi kelompok kecil maupun besar.

    BalasHapus
  4. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri.
    1. strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
    2. seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri
    3. tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

    BalasHapus
  5. (Fauziyatun Nazifatul Iffah/103184049)
    Saya sempat membaca blog http://gurukreatif.wordpress.com/2010/01/06/merasakan-antusiasme-guru-guru-sd-yppi-1-dalam-workshop-pembelajaran-tematik-terintegrasi-yang-kreatif-dengan-muatan-inquiry/
    blog ini menjelaskan 8 cara mengukur perencanaan pembelajaran berbasis inquiry dalam bingkai tematik dan RPP KTSP yang kreatif,,,,
    Menurut saya apa yang dijelaskan dalam blog ini baik untuk ditambahkan dalam artikel bapak,,,setidaknya dapat dijadikan pedoman pula bagi guru-guru ataupun mahasiswa yang PPl untuk membuat RPP berbasis inquiri yang kreatif....
    Penelitian dilakukan dalam workshop nquiry based learning dalam bingkai pembelajaran tematik dan RPP KTSP yang kreatif.
    8 pertanyaan yang membantu semua guru yang hadir dalam workshop merefleksikan unit tematik dan RPP yang telah dibuatnya. Seperti anda ketahui, sudah menjadi peraturan dari Diknas bahwa kelas 1 sampi 3 SD menggunakan pendekatan pembelajaran tematik dan kelas 4 sampai 6 SD menggunakan pembelajaran yang menggunakan RPP KTSP sebagai perencanaan pembelajaran.
    1. Apakah unit tematik/RPP anda menawarkan pengalaman belajar yang didasarkan pada kebutuhan siswa, minat, tingkat perkembangan, gaya belajar, dan latar belakang budaya mereka?
    2. Apakah masing-masing pengalaman belajar mempromosikan pemahaman tentang konsep-konsep kunci yang terkait dengan topik?
    3. Apakah pengalaman belajar dalam unit tematik/RPP yang anda buat mempromosikan riset (walaupun sederhana) (yakni, berinteraksi, bertanya, mengeksplorasi, bereksperimen, hipotesa, mengamati, memanipulasi obyek, dll)?
    4. Apakah masing-masing pengalaman belajar dalam unit tematik/RPP yang anda buat terintegrasi dengan subyek pembelajaran lain ?
    5. Apakah pengalaman belajar dalam unit tematik/RPP yang anda buat mempromosikan penemuan, eksplorasi, dan penggunaan internet sebagai alat mencari data dan sumber tambahan?
    6. Apakah pengalaman belajar mendorong peran gurusebagai fasilitator?
    7. Apakah pengalaman belajar mempromosikan pemikiran kritis dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (daya cipta)?
    8. Apakah pengalaman belajar memberikan kesempatan bagi penilaian yang autentik dan evaluasi?

    Nah pertanyaan-pertanyaan ini pula yang perlu diperhatikan, dan dicari solusinya,,,guna untuk memperoleh produk RPP KTSP yang kreatif untuk pemblajaran berbasis inquiri....

    Semoga bermanfaat... :)

    BalasHapus
  6. Pembelajaran inquiry itu diharapkan akan memunculkan sifat-sifat dari para siswanya :
    •Percaya diri terhadap kemampuan belajarnya.
    •Senang saat berusaha memecahkan masalah.
    •Percaya pada penilaian sendiri dan tidak sekedar bergantung pada penilaian orang lain maupun lingkungan.
    •Tidak takut menjadi salah.
    •Tidak ragu dalam menjawab.
    •Fleksibilitas pandangan.
    •Menghargai fakta dan mampu membedakan antara fakta dan opini.
    •Tidak merasa perlu mendapat jawaban final untuk semua pertanyaan dan lebih merasa nyaman saat tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan sulit daripada sekedar menerima jawaban yang terlalu disederhanakan.

    Banyak hal yang bermanfaat saat guru menggunakan metode inquiry, apabila dijalankan dengan benar,maka:
    •Dalam banyak kasus, siswa yang bermasalah di sekolah formal karena tidak merespon terhadap proses menyerap maupun mengingat kembali pelajaran malah bisa bersinar dalam lingkungan kelas IBL, membangun rasa percaya diri, minat, dan harga diri mereka.
    •IBL memungkinkan pembelajaran multidisiplin secara langsung! Kalau di kelas konvensional, siswa belajar matematika sebentar, lalu belajar geografi, lalu belajar seni, dst. Kalau di kelas IBL, karena berbasis pertanyaan dan proyek, maka siswa bisa dan bahkan perlu belajar dari beberapa subjek sekaligus.
    •Pendekatan IBL menyadari bahwa tiap anak telah membawa pengalaman dan pengetahuannya sendiri ke dalam kelas dan justru membawa manfaat bagi pembelajaran kolektif. Kalau di kelas konvensional, semua siswa mendapat pengajaran yang standar dan telah ditentukan oleh kurikulum, tidak peduli latar belakang siswa.
    Semoga menambah pemahaman tentang pembelajaran inquiry.

    BalasHapus
  7. ayo segera daftarkan diri anda di www,ionQQ,com
    nikmati bonus referal 20% dan cash back 0.3% setiap minggunya
    pin BB : 58ab14f5

    BalasHapus